Saturday 6 February 2016

Penggolongan Obat



Penggolongan Obat (Full)

Ilmu Farmasi : Penggolongan obat secara luas dibedakan berdasarkan beberapa hal, diantaranya :
1.                   Penggolongan obat berdasarkan jenisnya
2.                  Penggolongan obat berdasarkan mekanisme kerja obat
3.                  Penggolongan obat berdasarkan tempat atau lokasi pemakaian
4.                  Penggolongan obat berdasarkan cara pemakaian
5.                  Penggolongan obat berdasarkan efek yang ditimbulkan
6.                  Penggolongan obat berdasarkan daya kerja atau terapi
7.                  Penggolongan obat berdasarkan asal obat dan cara pembuatannya
Diantara banyak penggolongan obat, yang paling populer ialah berdasarkan jenis, well kita langsung membahas penggolongan obat.

1. Penggolongan obat berdasarkan jenis

Penggolongan obat berdasarkan jenis telah saya bahas secara lengkap pada artikel sebelumnya, antara lain :
- obat bebas
- obat bebas terbatas
- obat keras
- obat psikotropika dan narkotika.
Untuk lebih jelasnya, silahkan kunjungi artikel selengkapnya:
PENGGOLONGAN OBAT berdasarkan PerMenKes

2. Penggolongan obat berdasarkan mekanisme kerja obat
dibagi menjadi 5 jenis penggolongan antara lain :
·                     obat yang bekerja pada penyebab penyakit, misalnya penyakit akibat bakteri atau mikroba, contoh antibiotik
·                     obat yang bekerja untuk mencegah kondisi patologis dari penyakit contoh vaksin, dan serum.
·                     obat yang menghilangkan simtomatik/gejala, meredakan nyeri contoh analgesik
·                     obat yang bekerja menambah atau mengganti fungsi fungsi zat yang kurang, contoh vitamin dan hormon.
·                     pemberian placebo adalah pemberian obat yang tidak mengandung zat aktif, khususnya pada pasien normal yang menganggap dirinya dalam keadaan sakit. contoh aqua pro injeksi dan tablet placebo.
Selain itu dapat dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya, seperti obat antihipertensi, kardiak, diuretik, hipnotik, sedatif, dan lain lain.

3. Penggolongan obat berdasarkan tempat atau lokasi pemakaian
dibagi menjadi 2 golongan :
- obat dalam yaitu obat obatan yang dikonsumsi peroral, contoh tablet antibiotik, parasetamol tablet
- obat luar yaitu obat obatan yang dipakai secara topikal/tubuh bagian luar, contoh sulfur, dll

4. Penggolongan obat berdasarkan cara pemakaian
dibagi menjadi beberapa bagian, seperti :
·                     oral : obat yang dikonsumsi melalui mulut kedalam saluran cerna, contoh tablet, kapsul, serbuk, dll
·                     perektal : obat yang dipakai melalui rektum, biasanya digunakan pada pasien yang tidak bisa menelan, pingsan, atau menghendaki efek cepat dan terhindar dari pengaruh pH lambung, FFE di hati, maupun enzim-enzim di dalam tubuh
·                     Sublingual : Sublingual : pemakaian obat dengan meletakkannya dibawah lidah., masuk ke pembuluh darah, efeknya lebih cepat, contoh obat hipertensi : tablet hisap, hormon-hormon
·                     Parenteral : obat yang disuntikkan melalui kulit ke aliran darah. baik secara intravena, subkutan, intramuskular, intrakardial.
·                     langsung ke organ, contoh intrakardial
·                     melalui selaput perut, contoh intra peritoneal

5Penggolongan obat berdasarkan efek yang ditimbulkan
dibagi menjadi 2 :
- sistemik : obat/zat aktif yang masuk kedalam peredaran darah.
- lokal : obat/zat aktif yang hanya berefek/menyebar/mempengaruhi bagian tertentu tempat obat tersebut berada, seperti pada hidung, mata, kulit, dll

6. Penggolongan obat berdasarkan daya kerja atau terapi

dibagi menjadi 2 golongan :
- farmakodinamik : obat obat yang bekerja mempengaruhi fisilogis tubuh, contoh hormon dan vitamin
-  kemoterapi : obat obatan yang bekerja secara kimia untuk membasmi parasit/bibit penyakit, mempunyai daya kerja kombinasi.

7. Penggolongan obat berdasarkan asal obat dan cara pembuatannya
dibagi menjadi 2 :
·                     Alamiah : obat obat yang berasal dari alam (tumbuhan, hewan dan mineral)
tumbuhan : jamur (antibiotik), kina (kinin), digitalis (glikosida jantung) dll
hewan : plasenta, otak menghasilkan serum rabies, kolagen.
mineral : vaselin, parafin, talkum/silikat, dll
·                     Sintetik : merupakan cara pembuatan obat dengan melakukan reaksi-reaksi kimia, contohnya minyak gandapura dihasilkan dengan mereaksikan metanol dan asam salisilat.

Wednesday 3 February 2016

Antibiotika Sebagai Produk Farmasi

Antibiotik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang dihasilkan oleh mikroorganisme bakteri ataupun jamur. Pada dasarnya tujuan utama penggunaan antibiotik untuk meniadakan infeksi, namun semakin luasnya penggunaan antibiotik sekarang ini justru semakin meluas pula timbulnya infeksi baru akibat penggunaan antibiotik yang tidak rasional.
Penggolongan Antibiotik berdasarkan mekanisme kerjanya :

Inhibitor sintesis dinding sel bakteri, mencakup golongan Penicillin, Polypeptide dan Cephalosporin
Inhibitor transkripsi dan replikasi, mencakup golongan Quinolone,
Inhibitor sintesis protein, mencakup banyak jenis antibiotik, terutama dari golongan Macrolide, Aminoglycoside, dan Tetracycline
Inhibitor fungsi membran sel, misalnya ionomycin, valinomycin;
Inhibitor fungsi sel lainnya, seperti golongan sulfa atau sulfonamida,
Antimetabolit, misalnya azaserine.

Penggolongan Antibiotik berdasarkan struktur kimia :
Aminoglikosida
Diantaranya amikasin, dibekasin, gentamisin, kanamisin, neomisin, netilmisin, paromomisin, sisomisin, streptomisin, tobramisin.
Beta-Laktam
Diantaranya golongan karbapenem (ertapenem, imipenem, meropenem), golongan sefalosporin (sefaleksin, sefazolin, sefuroksim, sefadroksil, seftazidim), golongan beta-laktam monosiklik, dan golongan penisilin (penisilin, amoksisilin).
Glikopeptida
Diantaranya vankomisin, teikoplanin, ramoplanin dan dekaplanin.
Polipeptida
Diantaranya golongan makrolida (eritromisin, azitromisin, klaritromisin, roksitromisin), golongan ketolida (telitromisin), golongan tetrasiklin (doksisiklin, oksitetrasiklin, klortetrasiklin).
Polimiksin
Diantaranya polimiksin dan kolistin.
Kinolon (fluorokinolon)
Diantaranya asam nalidiksat, siprofloksasin, ofloksasin, norfloksasin, levofloksasin, dan trovafloksasin.
Streptogramin
Diantaranya pristinamycin, virginiamycin, mikamycin, dan kinupristin-dalfopristin.
Oksazolidinon
Diantaranya linezolid dan AZD2563.
Sulfonamida
Diantaranya kotrimoksazol dan trimetoprim.
Antibiotika lain yang penting, seperti kloramfenikol, klindamisin dan asam fusidat.

Penggolongan Antibiotik berdasarkan daya kerjanya :
Bakterisid :
Antibiotika yang bakterisid secara aktif membasmi kuman. Termasuk dalam golongan ini adalah penisilin, sefalosporin, aminoglikosida (dosis besar), kotrimoksazol , polipeptida, rifampisin, isoniazid dll.
Bakteriostatik :
Antibiotika bakteriostatik bekerja dengan mencegah atau menghambatpertumbuhan kuman, TIDAK MEMBUNUHNYA, sehingga pembasmian kuman sangat tergantung pada daya tahan tubuh. Termasuk dalam golongan ini adalah sulfonamida, tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin, trimetropim, linkomisin, makrolida, klindamisin, asam paraaminosalisilat, dll.
Manfaat dari pembagian ini dalam pemilihan antibiotika mungkin hanya terbatas, yakni pada kasus pembawa kuman (carrier), pada pasien-pasien dengan kondisi yang sangat lemah (debilitated) atau pada kasus-kasus dengan depresi imunologik tidak boleh memakai antibiotika bakteriostatik, tetapi harus bakterisid.

Penggolongan antibiotik berdasarkan spektrum kerjanya :
Spektrum luas (aktivitas luas) :
Antibiotik yang bersifat aktif bekerja terhadap banyak jenis mikroba yaitu bakteri gram positif dan gram negative. Contoh antibiotik dalam kelompok ini adalah sulfonamid, ampisilin, sefalosforin, kloramfenikol, tetrasiklin, dan rifampisin.
Spektrum sempit (aktivitas sempit) :
Antibiotik yang bersifat aktif bekerja hanya terhadap beberapa jenis mikroba saja, bakteri gram positif atau gram negative saja. Contohnya eritromisin, klindamisin, kanamisin, hanya bekerja terhadap mikroba gram-positif. Sedang streptomisin, gentamisin, hanya bekerja terhadap kuman gram-negatif.

Penggolongan antibiotik berdasarkan penyakitnya :
Golongan Penisilin
Dihasilkan oleh fungi Penicillinum chrysognum. Aktif terutama pada bakteri gram (+) dan beberapa gram (-). Obat golongan ini digunakan untuk mengobati infeksi pada saluran napas bagian atas (hidung dan tenggorokan) seperti sakit tenggorokan, untuk infeksi telinga, bronchitis kronik, pneumonia, saluran kemih (kandung kemih dan ginjal).
Contoh obat yang termasuk dalam golongan ini antara lain : Ampisilin dan Amoksisilin. Untuk meningkatkan ketahanan thp b-laktamase : penambahan senyawa untuk memblokir & menginaktivasi b-laktamase. Misalnya Amoksisilin + asam klavulanat, Ampisilin + sulbaktam, Piperasilin + tazobaktam.
Efek samping : reaksi alergi, syok anafilaksis, kematian,Gangguan lambung & usus. Pada dosis amat tinggi dapat menimbulkan reaksi nefrotoksik dan neurotoksik. Aman bagi wanita hamil & menyusui
Golongan Sefalosporin
Dihasilkan oleh jamur Cephalosporium acremonium. Spektrum kerjanya luas meliputi bakteri gram positif dan negatif. Obat golongan ini barkaitan dengan penisilin dan digunakan untuk mengobati infeksi saluran pernafasan bagian atas (hidung dan tenggorokan) seperti sakit tenggorokan, pneumonia, infeksi telinga, kulit dan jaringan lunak, tulang, dan saluran kemih (kandung kemih dan ginjal).
contoh obat yang termasuk dalam golongan ini antara lain : Sefradin, Sefaklor, Sefadroksil, Sefaleksin, E.coli, Klebsiella dan Proteus.
Penggolongan sefalosporin berdasarkan aktivitas & resistensinya terhadap b-laktamase:
Generasi I : aktif pada bakteri gram positif. Pada umumnya tidak tahan pada b laktamase. Misalnya sefalotin, sefazolin, sefradin, sefaleksin, sefadroksil. Digunakan secara oral pada infeksi saluran kemih ringan, infeksi saluran pernafasan yang tidak serius
Generasi II : lebih aktif terhadap kuman gram negatif. Lebih kuat terhadap blaktamase. Misalnya sefaklor, sefamandol, sefmetazol,sefuroksim
Generasi III : lebih aktif terhadap bakteri gram negatif , meliputi Pseudomonas aeruginosa dan bacteroides. Misalnya sefoperazone, sefotaksim, seftizoksim, sefotiam, sefiksim.Digunakan secara parenteral,pilihan pertama untuk sifilis
Generasi IV : Sangat resisten terhadap laktamase. Misalnya sefpirome dan sefepim

Golongan Lincosamides
Dihasilkan oleh Streptomyces lincolnensis dan bersifat bakteriostatis. Obat golongan ini dicadangkan untuk mengobati infeksi berbahaya pada pasien yang alergi terhadap penisilin atau pada kasus yang tidak sesuai diobati dengan penisilin. Spektrum kerjanya lebih sempit dari makrolida, terutama terhadap gram positif dan anaerob. Penggunaannya aktif terhadap Propionibacter acnes sehingga digunakan secara topikal pada acne.
Contoh obatnya yaitu Clindamycin (klindamisin) dan Linkomycin (linkomisin).
Golongan Tetracycline
Diperoleh dari Streptomyces aureofaciens & Streptomyces rimosus. Obat golongan ini digunakan untuk mengobati infeksi jenis yang sama seperti yang diobati penisilin dan juga untuk infeksi lainnya seperti kolera, demam berbintik Rocky Mountain, syanker, konjungtivitis mata, dan amubiasis intestinal. Dokter ahli kulit menggunakannya pula untuk mengobati beberapa jenis jerawat.
Adapun contoh obatnya yaitu : Tetrasiklin, Klortetrasiklin, Oksitetrasiklin, doksisiklin dan minosiklin.
Khasiatnya bersifat bakteriostatik , pada pemberian iv dapat dicapai kadar plasma yang bersifat bakterisid lemah.Mekanisme kerjanya mengganggu sintesis protein kuman Spektrum kerjanya luas kecuali thp Psudomonas & Proteus. Juga aktif terhadap Chlamydia trachomatis (penyebab penyakit mata), leptospirae, beberapa protozoa. Penggunaannya yaitu infeksi saluran nafas, paru-paru, saluran kemih, kulit dan mata. Namun dibatasi karena resistensinya dan efek sampingnya selama kehamilan & pada anak kecil.

Golongan Kloramfenikol
Bersifat bakteriostatik terhadap Enterobacter & S. aureus berdasarkan perintangan sintesis polipeptida kuman. Bersifat bakterisid terhadap S. pneumoniae, N. meningitidis & H. influenza. Obat golongan ini digunakan untuk mengobati infeksi yang berbahaya yang tidak efektif bila diobati dengan antibiotik  yang kurang efektif. Penggunaannya secara oral, sejak thn 1970-an dilarang di negara barat karena menyebabkan anemia aplastis. Sehingga hanya dianjurkan pada infeksi tifus (salmonella typhi) dan meningitis (khusus akibat H. influenzae). Juga digunakan sebagai salep 3% tetes/salep mata 0,25-1%. Contoh obatnya adalah Kloramfenikol, Turunannya yaitu tiamfenikol.

Golongan Makrolida
Bersifat bakteriostatik. Mekanisme kerjanya yaitu pengikatan reversibel pada ribosom kuman, sehingga mengganggu sintesis protein. Penggunaannya merupakan pilihan pertama pada infeksi paru-paru. Digunakan untuk mengobati infeksi saluran nafas bagian atas seperti infeksi tenggorokan dan infeksi telinga, infeksi saluran nafas bagian bawah seperti pneumonia, untuk infeksi kulit dan jaringan lunak, untuk sifilis, dan efektif untuk penyakit legionnaire (penyakit yang ditularkan oleh serdadu sewaan). Sering pula digunakan untuk pasien yang alergi terhadap penisilin.Contoh obatnya : eritromisin, klaritromisin, roxitromisin, azitromisin, diritromisin serta spiramisin.

Golongan Kuinolon
Berkhasiat bakterisid pada fase pertumbuhan kuman, dgn menghambat enzim DNA gyrase bakteri sehingga menghambat sintesa DNA. Digunakan untuk mengobati sinusitis akut, infeksi saluran pernafasan bagian bawah serta pneumonia nosokomial, infeksi kulit dan jaringan kulit, infeksi tulang sendi, infeksi saluran kencing, Cystitis uncomplicated akut, prostates bacterial kronik, infeksi intra abdominal complicated, demam tifoid, penyakit menular seksual, serta efektif untuk mengobati Anthrax inhalational.
Penggolongan :
Generasi I : asam nalidiksat dan pipemidat digunakan pada ISK tanpa komplikasi
Generasi II : senyawa fluorkuinolon misal siprofloksasin, norfloksasin, pefloksasin,ofloksasin. Spektrum kerja lebih luas, dan dapat digunakan untuk infeksi sistemik lain.
Zat-zat long acting : misal sparfloksasin, trovafloksasin dan grepafloksasin.Spektrum kerja sangat luas dan meliputi gram positif.
Aminoglikosida
Dihasilkan oleh fungi Streptomyces & micromonospora.Mekanisme kerjanya : bakterisid, berpenetrasi pada dinding bakteri dan mengikatkan diri pada ribosom dalam sel.
Contoh obatnya : streptomisin, kanamisin, gentamisin, amikasin, neomisin
Penggunaan Aminoglikosida Streptomisin & kanamisin Þ injeksi pada TBC juga pada endocarditis,Gentamisin, amikasin bersama dengan penisilin pada infeksi dengan Pseudomonas,Gentamisin, tobramisin, neomisin juga sering diberikan secara topikal sebagai salep atau tetes mata/telinga,Efek samping : kerusakan pada organ pendengar dan keseimbangan serta nefrotoksik.
Monobaktam
Dihasilkan oleh Chromobacterium violaceum Bersifat bakterisid, dengan mekanisme yang sama dengan gol. b-laktam lainnya.Bekerja khusus pada kuman gram negatif aerob misal Pseudomonas, H.influenza yang resisten terhadap penisilinase Contoh : aztreonam
Sulfonamide
Merupakan antibiotika spektrum luas terhadap bakteri gram positrif dan negatif. Bersifat bakteriostatik. Mekanisme kerja : mencegah sintesis asam folat dalam bakteri yang dibutuhkan oleh bakteri untuk membentuk DNA dan RNA bakteri.Kombinasi sulfonamida : trisulfa (sulfadiazin, sulfamerazin dan sulfamezatin dengan perbandingan sama),Kotrimoksazol (sulfametoksazol + trimetoprim dengan perbandingan 5:1),Sulfadoksin + pirimetamin.
Penggunaan:
Infeksi saluran kemih : kotrimoksazol
Infeksi mata : sulfasetamid
Radang usus : sulfasalazin
Malaria tropikana : fansidar.
Mencegah infeksi pada luka bakar : silver sulfadiazine.
Tifus : kotrimoksazol.
Radang paru-paru pada pasien AIDS : kotrimoxazol
Sebaiknya tidak digunakan pada kehamilan teruama trimeseter akhir : icterus, hiperbilirubinemia
Vankomisin
Dihasikan oleh Streptomyces orientalis.Bersifat bakterisid thp kuman gram positif aerob dan anaerob.Merupakan antibiotik terakhir jika obat-obat lain tidak ampuh lagi
Penggunaan Antibiotik kombinasi :
Pada infeksi campuran, misalnya kombinasi obat-obat antikuman dan antifungi atau, dua antibiotik dengan spektrum sempit (gram positif + gram negatif) untuk memperluas aktifitas terapi : Basitrasin dan polimiksin dalam sediaan topikal.
Untuk memperoleh potensial, misalnya sulfametoksazol dengan trimetoprim (= kotrimoksazol) dan sefsulodin dengan gentamisin pada infeksi pseudomonas. Multi drug therapy (AZT + 3TC + ritonavir ) terhadap AIDS juga menghasilkan efek sangat baik.
Untuk mengatasi resistensi, misalnya Amoksisilin + asam klavulanat yang menginaktivir enzim penisilinase.
Untuk menghambat resistensi, khususnya pada infeksi menahun seperti tuberkulosa (rifampisin + INH + pirazinamida ) dan kusta (dapson + klofazimin dan /atau rifampisin).
Untuk mengurangi toksisitas, misalnya trisulfa dan sitostatika, karena dosis masing-masing komponen dapat dikurangi.

Wednesday 2 September 2015

Dasar-dasar Farmakologi

Farmakologi : ilmu yang mempelajari obat-obatan

OBAT
= zat kimia dgn dosis layak, digunakan untuk mengubah sistem tubuh dalam keadaan fisiologis atau patologis demi manfaat si penerima ( WHO )
= zat kimia yang mempengaruhi proses-proses kehidupan yang terutama ditujukan untuk diagnosis profilaksis dan terapi
(Goodman & Gilman )
zat kimia = zat dengan struktur kimia jelas dan tunggal
manfaat = benefit ↑↑, risk ↑
benefit ↑, risk ↑↑
benefit ↔ cost
Jamu ?
Khorela ?
Fitofarmaka ?

CABANG ILMU FARMAKOLOGI :
Farmakologi klinik : mempelajari penggunaan obat-obatan pada manusia
Farmakoterapi : mempelajari penggunaan obat dalam pencegahan dan pengobatan penyakit
Farmakokinetika : mempelajari pengaruh tubuh terhadap obat, meliputi proses absorpsi, distribusi, biotransformasi /metabolisme dan ekskresi / eliminasi.
Farmakodinamika : mempelajari pengaruh obat terhadap tubuh,mencakup efek dan kerja obat yang berkaitan dengan perubahan fisiologis dan biokimia tubuh.
Farmakoekonomi : mempelajari penggunaan obat yang disesuaikan dengan kegunaan dari obat dan biayanya (benefit / cost )
Farmakologi sosial : mempelajari dampak penggunaan obat terhadap masyarakat, misalnya. : drug abuse, drug misuse
Ethnofarmakologi : mempelajari penggunaan obat yang berkaitan dengan budaya / kultur
Farmakologi experimental : mempelajari farmakologi obat yang diteliti pada hewan percobaan
Farmakognosi : mempelajari sumber obat, biasanya dari tanaman, tetapi bisa juga dari binatang dan bahari
Posologi : mempelajari dosis obat, berkaitan dengan Farmako Kinetik dan
Farmakologi experimental.
Toksikologi : mempelajari keracunan zat kimia, termasuk obat, zat yang digunakan dalam rumah tangga, industri maupun lingkungan hidup seperti insektisida, pestisida, zat pengawet, limbah
industri, dsb. Dipelajari juga cara pencegahan, pengenalan dan penanggulangan keracunan.
Farmasi : mempelajari cara membuat, memformulasikan ,menyimpan dan menyediakan obat.

Farmakokinetika ( FK )
Yang dipelajari :
1) proses FK : absorpsi, distribusi, metabolisme, ekskresi
2) Parameter FK : bioavailabilitas, ikatan protein plasma, volume distribusi, clearance, waktu paruh , therapeutic ranges.
Bagaimana obat dapat menimbulkan efek ?
Masuk dalam tubuh
Mencapai SOA
Interaksi dgn. reseptor
Mekanisme utama obat melewati membran :
difusi pasif / difusi air
transport pasif / difusi lemak
pinositosis
difusi terfasilitasi ( factor pembawa / carrier )
* absorpsi obat
= transfer obat dari tempat obat ke aliran darah
menyangkut kecepatan dan kelengkapan proses tersebut

= bioavailabilitas obat
( jumlah obat dalam % terhadap dosis yg mencapai sirkulasi sistemik dalam bentuk utuh / aktif )

Faktor yang mempengaruhi absorpsi :
1. dosis
2. sediaan obat
3. route pemberian obat
4. kecepatan pengosongan lambung
5. gerakan TGI
6. aliran darah / kualitas pembuluh darah
Faktor yang mempengaruhi bioavailabilitas obat oral :
1. faktor obat : sifat fisikokimia obat dan formulasi obat
2. faktor pasien
3. interaksi dalam absorpsi di TGI
* Distribusi Obat
= suatu masa mulai dari obat masuk dalam sirkulasi, dimetabolisme sampai diekskresi, yang dipengaruhi oleh route obat, aliran darah dan sifat fisikokimia obat.
Fase distribusi :
Fase I : segera setlh penyerapan → organ yg perfusinya baik : jantung, hati, ginjal, otak
Fase II : otot, visera, kulit dan jaringan lemak

Faktor yang mempengaruhi distribusi obat :
1. difusi ke ruang interstitial jaringan terjadi cepat
2. obat yang mudah larut dalam lemak akan melintasi membran dan terdistribusi ke dalam sel
3. distribusi dibatasi oleh ikatan obat pada protein plasma
yang ditentukan oleh :
a. afinitas obat terhdp protein
b. kadar obat
c. kadar protein
Reservoir obat → memperpanjang kerja obat
- jaringan lemak : obat larut lemak, mis. Thiopental
- protein plasma : obat yang asam → albumin plasma
obat yang basa → a1- glikoprotein
- tulang : logam berat, mis. Timbal ( Pb) atau radium
- cairan transeluler,mis. Asam lambung : obat yang bersifat
basa
- TGI ; obat oral lepas lambat
Distribusi dari sirkulasi ke SSP ↔ kelarutan bentuk ion dalam lemak ( menembus sawar darah – otak ≈ tight junction & sel glia perikapiler otak )
Eliminasi obat dari otak ke sirkulasi darah :
- transport aktif
- difusi pasif
- ikut bersama aliran CSF
Volume distribusi :
Vd = Vt
C
Vd = volume distribusi
Vt = volume total
C = konsentrasi obat dalam plasma
* Biotransformasi / metabolisme obat
= proses perubahan struktur kimia obat yang terjadi dalam tubuh dan dikatalisis oleh enzim → molekul obat diubah menjadi lebih polar sehingga lebih mudah diekskresi oleh ginjal dimulai dari ; proses absorpsi
SOA
Membran sel
Reaksi fase I : oksidase, reduksi dan hidrolisis
Obat → metabolit yang lebih polar → bisa inaktif, < aktif atau > aktif dari bentuk aslinya
Reaksi fase II : rx. Sintetik → konyugasi obat / metabolit hsl.
Reaksi Fase I dengan substrat endogen ( as.glukuronat, sulfat,
asetat,atau as.amino ) → lebih polar, mudah terionisasi dan mudah diekskresi.
Enzim yang berperan :
1. enzim mikrosom ( reticulum endoplasma halus ) → sel hati ( utama), sel ginjal, paru, epitel TGI dan plasma
Komponen utama : sitokrom P450
Zat penginduksi :
- kelompok obat yg kerjanya ≈ fenobarbital → hampir semua obat
- kelompok hidrokarbon polisiklik → beberapa obat
Zat penghambat / inhibitor : simetidin & etanol
2. enzim nonmikrosom ( lumen TGI ) → mengkatalisis semua reaksi konyugasi yang BUKAN dengan glukuronat : as.asetat, glisin, glutation, as.fosfat, as.sulfat dan gugus metal
Faktor-faktor yg mempengaruhi metabolisme :
1. variasi gen
2. lingkungan
3. umur
4. sex

Ekskresi / eliminasi
= obat dikeluarkan dari tubuh melalui organ ekskresi dalam
bentuk metabolit hasil biotransformasi atau dalam bentuk
asalnya.
Organ ekskresi :
1. ginjal ( utama ) : urine
2. GIT : empedu → usus → feses
3. kulit : keringat
4. rambut : Hg, arsenat
5. airmata : rifampisin
6. ASI : tetrasiklin

FARMAKODINAMIK ( FD)
Mempel.efek ( biokimia dan fisiologis )obat dan mekanisme kerjanya : → melalui reseptor
tanpa reseptor
Respons obat : efek primer : indikasi
Efek sekunder : S/E atau C/I
Kedua-duanya
Reseptor : komponen sel atau organisme ( mikroba ) yang berinteaksi dengan obat dan mengawali perubahan ( proses) biokimia dan fisiologis tubuh.
Bagian dr reseptor yang berikatan dengan obat = ligand
Komponen paling penting dalam reseptor obat :
1. protein :
     a. protein regulasi : memperantarai kerja isyarat kimia endogen, spt.neurotransmiter, autokoid, hormon
     b. enzim : bisa dihambat / diaktivasi dengan mengikat suatu obat, mis.hidrofolat reduktase (reseptor u/ obat antineoplasma metotreksat)
     c. protein transport : mis. Na-K-ATPase = reseptor membran u/ glikosida digitalis kardioaktif.
     d. Protein struktur : mis.tubulin = reseptor u/ kolsikin (antiinflamasi )

2. as.nukleat : mis. u/ sitostatika
Klasifikasi reseptor :
    1. reseptor adrenergic : alpha 1 ( pembuluh darah ),alpha 2 (ujung saraf adrenergic →    
        menginhibisi), beta 1 (jantung), beta 2 ( bronkus)
    2. reseptor kolinergik : muskarinik, nikotinik
    3. reseptor dopamine
    4. reseptor histamin
Mekanisme Kerja Obat :
1). Agonis : obat yang bila menduduki reseptor ( rata-rata reseptornya sama ), menghasilkan efek yang sesuai dengan zat endogen atau prototipnya.
Prototip : obat yang I ditemukan, mis. Captopril, penicillin G
Zat endogen : mis adrenalin agonis dengan salbutamol
Efek : me ↑ kan HR & bronchodilator
1a). Agonis fisiologis : reseptor berbeda, efek saling mendukung, mis. ACEI + furosemid
1b). Agonis parsial : agonis lemah = agonis yang mempunyai aktivitas instrinsik atau efektivitas yang rendah sehingga efek maksimalnya
lemah = antagonis parsial
misalnya nalorfin agonis parsial untuk morfin, sehingga dapat digunakan sbg antagonis pada keracunan morfin

2). Antagonis
a). antagonis fisiologis : terjadi pada organ yang sama dengan reseptor yang berbeda sehingga menimbulkan efek yang berlawanan.
Mis bronchus : reseptor histamine → bronchokonstriksi
↑ Reseptor beta 2 → bronchodilatasi
diberi adrenalin
2b). antagonis pada reseptor : obat yang menduduki reseptor yang sama ,ttp secr instrinsik tdk mampu menimbulkan efek farmakologi (= reseptor bloker )

3). Spesifik : obat yang bekerja pd satu reseptor pd bagian tubuh tertentu, mis atropin ad/ bloker spesifik u/ reseptor muskarinik ; salbutamol ad/ agonis b adrenergic yg spesifik u/
memblok reseptor b2
3a) Nonspesifik : obat yg bekerja pd beberapa reseptor, sehingga menimbulkan berbagai respons di seluruh tubuh,misalnya klorpromazin
4). Selektif : obat yg bekerja pd satu reseptor di seluruh tubuh atau obat yang menghasilkan satu efek pada dosis rendah dan efek lain baru timbul pd dosis yg lebih besar. Pemberian obat langsung ke SOA akan meningkatkan selektivitas obat, misalnya
inhalasi salbutamol
Reaksi Obat yang Merugikan :
1. Efek samping : pd dosis th/ timbul efek lain yg disebabkan distribusi sampai ke organ lain
2. Alergi : rx antigen-antibodi, tdk tergantung dosis, individual
3. Idiosinkrasi : tdk tgt dosis, individual, mekanisme tidak diketahui ( reaksi bisar / aneh )
4. resistensi : tidak terpengaruh / tidak terinhibisi
5. Toleransi : untuk mencapai efek yg sama dengan sebelumnya, dosis harus dinaikkan, misalnya obat tidur
6. Habituasi : ketergantungan secara psikis, misalnya rokok
7. Adiksi : ketergantungan fisik & psikis, misalnya morfin
8. Toksisitas : timbul gangguan akibat pemberian dosis tinggi
Interaksi Obat :
Dapat terjadi jk efek suatu obat ( = object drug ) diubah oleh obat lain ( = precipitant drugs ), makanan / zat kimia lain → akibat polifarmasi
Jenis-jenis th/ :
1. causative drugs : u/ mengobati penyakit
2. simptomatik drugs : u/ mengurangi gejala
3. adjuvant drugs : u/ tambahan, tapi tidak kekurangan
4. substitution drugs : u/ tambahan karena kekurangan
Mekanisme Interaksi Obat :
1. Interaksi pharmaceutic : interaksi di luar tubuh
2. Interaksi FK : terjd pd proses absorpsi, metabolisme, distribusi, ekskresi, sehingga bioavailabilitas terganggu.

a. Interaksi pd absorpsi : terjadi kelat / kompleks
Perubahan pH
Pengosongan lambung
GIT flora
Makanan

b. Interaksi pd distribusi : perpindahan obat dari ikatan protein karena obat lain.
Mis obat A → gol I : 98%
obat B → gol II : 96%
obat C → gol III : 60%
Bagaimana interaksi : obat A – obat B ?
Obat A – obat C ?

c. Interaksi pd metabolisme : induksi / aktivasi dr enzim yg berperan dalam metabolisme obat ( = sitokrom P450)
Mis. 1. apa akibat pemberian oral kontrasepsi bila digabung dengan rifampisin ? ( rifampisin induktor
sitokrom P450)
2.apa akibat pemberian fenilbutazon dengan walfarin ? ( fenilbutazon inhibitor sitokrom P450)
d. Interaksi pd ekskresi :
- perubahan pH urine : penting dlm penanganan intoksikasi obat / makanan
- perubahan transport aktif : butuh energi + carrier bila obat yg punya carrier sama, maka proses ekskresi bisa berkurang, sehingga DOA bertambah

Tuesday 1 September 2015

OBAT ESENSIAL, OBAT GENERIK DAN PENGGOLONGAN OBAT

Dalam rangka meningkatkan akses obat dengan penekannan pada ke tersediaan obat, pemerataan termasuk keterjangkauan dan jaminan ke amanan, khasiat dan mutu obat, maka pemerintah menetapkan kebijakan pelaksanaan program dibidang obat sebagi penjabaran Sistem Kesehatan Nasional dalam bentuk kebijakan obat Nasional (KONAS). Adapun KONAS menggunakan konsep obat ensensial dan obat generic untuk diterapkan pada pemeliharaan dan/atau pelayanan kesehatan untuk masyarakat luas, terutama yg harus dilakukan pemerintah, yang tentunya juga mengikutsertakan swasta.
Dalam rangka melindungi masyarakat dari bahay yang disebabkan oleh penggunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang tidak tepat serta yang tidak memenuhi persyaratan mutu, keamanan dan kemanfaatan, maka upaya pengamanan telah dilakukan pemerintah melalui peraturan perundangan tentang penyediaan dan pelayanan obat dari aspek bahaya  dan potensi penyalahgunaannya.

OBAT ESENSIAL

Konsep obat esensial dilakukan dengan penyusunan Daftar obat Esensial Nasional, tidak lain dengan maksud untuk meningkatkan efensiensi penggunaan dana serta ketepatan dan kerasionalan penggunaan obat dalam rangka memperluas dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Penerapan konsepsi daftar obat esensial dan/atau penyelenggaraan pengadaan dan ketersediaan obat esensial untuk pencukupan dan pemenuhan kebutuhan upaya dan pelayanan kesehatan  dalam program semesta nasional terutama ditekankan pada obat generic yang paling menuntungkan dan paling diperlukan.
Obat Esensial adalah obat terpilih untuk pelayanan kesehatan, mencakup upaya diagnosis, profilaksis, terapi dan rehabilitasi yang diupayakan etsedia diunit pelayanan kesehatan sesuai dengan fungsi dan tingkatnya.
Maka pemilihan obat esensial dari obat generic dibatasi pada jenis obat generic yang benar-benar diperlukan, sesuai dengan pola kebutuhan dan program kesehatan, dan memperhatikan jenis obat generik yang yang lebih menguntungkan masyarakat terbanyak, ditinjau dari segi khahiat, keamanan, mutu dan nilai. Dengan demikian, selain mempertimbangkan rasio manfaat-resiko bahay, juga harus dipertimbangkan rasio manfaatnya-biaya, mutu terjamin termasuk stabilitas dan bioavailabilitasnya, praktis dan penyimpanan, pengangkutan, penggunaan dan penyerahan, menguntungkan dalam kepatuhan dan penerimaan oleh pasien.
Penerapan konsepsi obat esensial, dengan maksud untuk pengadaan dan ketersediaan obat esensial untuk keperluan nasional, dimulai dari sector Pemerintah, dan secara bertahap dikembangkan ke sector swasta. Upaya pengadaan dan ketersediaan obat esensial seperti itu, perlu didorong dengan gerakan nasional yang dikokohkan perundangan untuk memasyarakatkan konsep obat esensial dan informasi obat esensial terhadap keungulan dan keandalan mitu, khaiat dan keamanan obat esensial, agar masyarakt luas mengerti dan memahaminya, terutama para praktisi medis seperti  dokter dan apoteker.
Daftar obat Esensial Nasional atau DOEN mulai disusun tahun 1991 dan kemudian mengalami revisi beberapa kali dan terakhir pada tahun 2008, Revisi DOEN itu dilakukan bardasarkan atas penilaian dan tijauan kembali oleh para ahli, sebagai team ahli tertunjuk untuk melakukan perubahan dan revisi berdasarkan data dan informasi baru dari berbagai sumber, terutama data registrasi obat, data hasil pemantauan efeksmping obat (MESO) domistik dan global dan dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) juga dari publikasi ilmiah.
Dari hasil penilaian obat sebagai obat dilarang untuk digunakan dalam terapi, oleh karena keamananya tidak lagi terkendalikan disebabkan reaksi adversus senyawa obatnya, mana yang dilarang dan mana yang tetap dapat digunakan dalam terapi misalnya untuk derivate salisilat, asam salisilat,  tetap digunakan sebagia  antiferitikum begitu pula derivate pirazolon piramidon dirarang sedangkan metampiron masih tetap dapat digunakan dalam terapi sebagai analgetikum.
Dengan demikian upaya pemerintah untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dapat terpenuhi, termasuk penyediaan obat lebih merata dan terjangkau masyarakat dengan mutu khaiat dan keamann yang terjamin.
Agar dapat mudah dimengerti dan dipahami dan lebih mudah pula digunakan, susunan DOEN telah diselaraskan dengan susun WHO Model List of Esensial Drugs, Selain itu DOEN dibedakan susunannya menjadiDOEN menyeruruh , DOEN rumah sakit, DOEN Puskesmas, dan DOEN pos obat desa, Pembuatan DOEN dilakukan melalui penulisan nama generik

OBAT GENERIK

Obat generic yang masih tetap diperkenalkan terdapat dalam ketersediaan terapi untuk pengobatan meliputi ragam dan jenis dengan lingkup cukup luas, dapat digunakan untuk semua terapi pengobatan yang menghendaki intervensi obat, dapat dipilih menjadiobat generik yang paling menguntungkan, dalam arti dengan khaiat nyata dan keamanan yang terkendalikan.
Obat generik dibedakan menjadiobat generik resmi dan obat generik tidak resmi. Obat generik resmi dimuat dalam buku resep sebagai monografi atau disebutkan dalam ketetapan perundangan, misalnya obat esensial.
Obat generik yang dikenal sekarang ini berasal dari obat paten yang sudah daluwarsa hak perlindungan paten;sejak pembeasan hak patennya, obat paten itu menjadiobat dengan status umum dan disebut obat generik, dan tidak ada lagi pemilik obat itu yang sah, siapa sja dapat melakukan usha dagang untuk obat generik, tampa ada gugatan dari pihak manapun(Hak paten adalah hak eklusif yang diberikan kepada negara kepada investor atau hasil investasinya dalam bidang teknologi  yang untuk waktu tertetu(20 tahun) melaksanakan sendiri investasinya atau memberikan persetujuan untuk melaksanakannya(no 14 Tahun 2001 tentang paten) )
Obat generik tidak memiliki hak kepemilikan, kecuali jika obat generik itu dijual dan diedarkan menggunakan nama dagang. Oleh karena itu obat generik dapat diusaha oleh/atau siapapun, dalam arti obat generik dapat diusaha dagangkan secara bebas.
Nama generik dapat berupa dan/atau berasal dari nama trivial, lazim, nama singkatan, nama kimia atau nama resmi internasional seperti International Nonproppietary Name(INN), Nama generik disebut nama generik resmi jika nama itu dijadikan judul monografi buku resmi, misalnya farmako indonesia, dengan demikian terdapat kepadanan nama diantara nama obat generik yang sudah disebutkan tadi. Nama generik yang tidak merupakan dan/atau dijadikan judul monografi buku resmi, disebut nama generik tidak resmi, dan nama dagang yang sudah kadaluarsa berubah menjadinama generik misalnya;asetosal, parasetamol dan vaslin.
Berdasarkan atas nama yang disandang obat generiknya dalam usaha dagang maka disebut obat generik saja atau jika menggunakan nama generik dan juga menggunakan nama dagang maka dalam peredaran pasar, dikenal nama obat generik dagang (branded generic medicines).
Obat generik dikenal dari karakter obat jadinya yang bersipat umum tampa adanya ikatan kemilikan, tetapi tetap harus senantiasa memenuhi ketetapan peraturan perundang-undangan, baik ketentuan, pengertian, kreteria, dan persyaratannya.
Sementara itu jika menyebutkan istilah kegenerikan obat, hal tersebut mencakup semua aspek karakter obat jadi, setidaknya meliputi hak ke pemilikkan, nama, sediaan kestabilan, keamanan, keselamatan dan jika kehendaki, juga cemaran mikroba dan informasi obat.
Obat generik berlogo adalah obat generik yang menyandang logo yang diciptakan pemerintah, sebagai lambang yang menyatakan bahwa obat generik tersebut diproduksi pabrik obat yang sudah mendapatkan sertifikat Cara Produksi Obat yang Baik (CPOB).  Dengan demikian logo dijadikan tanda adanya jaminan mutu pabrik obat terhadap obat generik yang dihasilkan pabrik obat tadi. Dengan perkataan lain, obat generik yang berlogo memiliki mutu dan tidak alasan lagi menilai obat generik berlogo tidak sekhaiat obat paten;obat generik berlogo setara khaiatnya dibandingkan khaiat obat paten begitu pula keamanannya.

PENGGOLONGAN OBAT DALAM ASPEK KEAMANAN DAN PENGAMANAN

Disamping itu, berdasarkan keamanan dan pengamanan obat, obat dikelompokan atas obat narkotika, obat keras, obat psiotropika dan obat bebas terbatas dan obat bebas.
Obat Narkoyika (Opiat=O) adalah obat atau zat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sentetis maupun semisentetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Peredaran produ jadiobat narkotika dikemas dalam wadah kemasan yang diberi tanda palang merah didalam lingkaran berwarna putih.
Obat Keras adalah obat yang termasuk dalam daftar obat yang hanya bolehdiserahkan oleh apoteker, dokter dan dokter gigi, Apoteker menyerahkan obat keras tersebut hanya berdasarkan permintaan (resep) dari dokter, doktergigi dan dokter hewan. Sedangkan bila dokter atau dokter gigi hanya dapat menyerahkan obat jika obat tersebut diperoleh dari apotek. Pengecualian diberikan menurut Permenkes , beberapa obat keras yang dapat diserahkan oleh Apoteker tampa resep dokter, misalnya obat untuk kontrasepsi oral berupa hormon, obat saluran cerna seperti papaverin dan diazepam, obat saluran nafas seperti aminopilin dan salbutamol dan kelompok lainnya. Obat keras yang memerlukan pengawasan khusus termasuk dalam kelompok obat psiotropika.
Obat Bebas Terbatas adalah obat keras dapat diberikan dalam jumlah terbatas, baik dosis maupun jumlah unit sediaanya. Misalnya tablet diberikan dalam jumlah 4 tablet. Obat ini diberikan bersama peringatan tertulis, peringatan tertulis tersebut dituliskan dalam bentuk tulisan putih dengan latar belakang hitam, berisi,
P. No. 1. Awas obat keras : bacalah Aturan pakainya !
P. No. 2.  Awas obat keras : Hanya untuk dikumur jangan ditelan !
P. No. 3 Awas obat keras  :Hanya untuk bagian luar badan !
P. No. 4 Awas obat keras  : Hanya untuk dibakar !
P. No. 5 Awas obat keras  : Tidak boleh ditelan !
P. No. 6 Awas obat keras  :Obat wasir jangan ditelan !
Pada bagian luar wadah/kemasan, diberikan tanda atau logo lingkaran berwarna biru.
Kelompok berikutnya adalah Obat bebas, adalah obat yang tingkat keamanannya sudah terbukti tidak membahayakan, obat ini diberikan logo lingkaran erwarna hijau.

MEMBERIKAN INFORMASI OBAT
Kemajuan yang pesat dibidang kedokteran dan farmasi telah menyebabkan produksi berbagai jenis obat meningkat sangat tajam, Obat pada dasarnya adalah racun yang jika tidak digunakan sebagaimana mestinya akan dapat membahayakan penggunanya, tapi jika obat digunakan dengan tepat dan benar maka diharapkan efek fositifnya akan maksimal dan efek negatifnya menjadisemiminal mungkin.
Pelayanan farmasi yang utuh tidak hanya sekedar mendistribusikan produk obat saja tetapi juga harus disertai dengan memberikan informasi tentang bagai mana seharusnya obat digunakan secara tepat dan benar.

ASPEK-ASPEK YANG PERLU DIINFORMASIKAN

Pada saat kita menyerahkan obat kepada pasien, setidaknya harus diberikan informasi mengenai hal-hal sebagai berikut:
Nama obat
Indikasi
Aturan pakai, dosis, rute  (oral, topikal), frekuensi penggunaan, waktu minum obat (sebelum/sesudah makan) tidak bersama dengan obat lain.
Cara menggunakan
Sediaan berbentuk sirup/suspensi harus dikocok terlebih dulu
Antasida harus dikunyah terlebih dahulu.
Tablet subligual diletakkan dibawah lidah, bukan ditelan langsung, tablet bukal dilatakkan diantara gusi dan pipi, bukan ditelan langsung.
Teknis khusus dalam penggunaan inhaler, obat tetes mata/telinga/hidung/dan supositoria.
Sediaan dengan formasi khusus sepperti tablet lepas lambat (sustained-released (SR)/controled-release(CR) atau sediaan tablet yang harus hancur diusus(enterik-coated)harus ditelan utuh dan tidak boleh digerus.
Cara penyimpanan
Berapa lama obat harus digunakan.
Apa yang harus dilakukan jika terlupa minum atau menggunakan obat.
Kemungkinan terjadinya efek samping yang akan dialami dan bagaimana cara mencegah atau meminimalkannya.

MEMANDU PASIEN BERSWAMMEDIKASI

Saat ini masyarakat banyak melakukan pengobatan sendiri ( swammedikasi ) dimana mereka langsung datang mencari obat untuk mengatasi gejala penyakit yang dirasakan mereka. Masalah-masalah dalam swammedikasi yang perlu menjadiperhatian kita adalah:swadiagnosis yang keliru penggunaan obat secara salah, penggunaan obat berlebihan, anggapan obat bebas pasti aman dan anggapan swamedikasi saja sudah cukup, Oleh karena itu masyarakat perlu dipandu dalam melakukan swamedikasi, antara lain: 1     Mengenali gejala penyakit
Memilih obat bebas/bebas terbatas yang tepat
Membaca dengan teliti informasi pada kemasan, indikasi, kontraindikasi, aturan pakai, efek samping obat, interaksi obat-obat, obat-makanan, keadaan/hal-hal yang harus diwahpadai selama mengomsumsi obat.
Jika gejala menetap bahkan memburuk, segera konsultasi ke dokter
Jika mengalami efek samping obat, hentikan pengobatan dan konsultasi kedokter.
Ada beberapa obat keras yang dapat diperoleh tampa resep dokter yang menyerahkannya dilakukan oleh Apoteker ( DOWA=Daftar Obat Wajib Apoteker )
Jika ada keraguan dalam berswammedikasi, konsultasi ke dokter/Apoteker.

CONTOH OBAT=OBAT YANG TERBUKTI BERSIPAT TERATOGONIK PADA MANUSIA

Obat                                                       Efek teratogonik
Metotreksat                                       malformasi SSP mata, telinga, tangan, kaki
Dietilsbestrol (DES)                         kanker vagina
Karbamazepin, asam valproat           cacat tabung saraf
Fenitoin                                             fetal hydantoin syndrome
Thalidomide                               phocomelia
Warfarin                                          tulang rangka SSP
Alkohol                                            fetal alkohol dyndrome
Isotretinion                                       SSP, craniofacial jantung
Tetrasiklin                                         tulang gigi
ACE inhibitor                                    gagal ginjal,  tengkorak
Sikofosfamid                                     cleft palate,  ginjal tidak berbentun.

PENELUSURAN RIWAYAT PENGGUNAAN OBAT

Apateker yang melaksanakan asuhan kefarmasian (pharmaceuntical care ) mempunyai tugas pokok yaitu:
Mengindenfikasi masalah terkait penggunaan obat
Mengatasi masalah terkait penggunaan obat yang sudah terjadi, dan
Mencegah masalah terkait penggunaan obat yang berpotensi untuk terjadi.
Agar dapat mengindentifikasi ada tidaknya masalah terkait obat, tentu saja kita perlu mendapatkan data yang cukup tentang pasien dan obat-obat yang digunakannya. Salah satu kegiatan untuk mendapatkan data mengenai penggunaan obat pasien adalah melalui wawancara dengan pasien, dan atau keluarga pasien. Melalui penelusuran riwayat penggunaan obat pasien, kita akan dapat mengindetifikasi apakah pasien mempunyai riwayat alergi terhadap obat, apakah pasien mematuhi rejimen pengobatannya, dan apakah masalah kesahatan yang dialami pasien saat ini disebabkan efek yang tidak diharapkan dari penggunaan obat sebelumnya. Kegiatan ini memerlukan keterampilan berkomunkasi yang efektif dan dilakukan secara sistemetis agar diperoleh data dan informasi yang memadai untuk mengindentifikasi dan membantu pasien dalam mengatasi dan mencegah masalah yang terkait deangan penggunaan obat.
Prinsip-prinsip dalam berkomunikasi yang efektif adalah :
APA materi yang akan dikomunikasikan, menguasai
BAGAIMANA materi tersebut dikomunikasikan dan
KAPAN waktu yang tepat materi tersebut dikomunikasikan.
Untuk menguasai apa materi yang akan dikomunikasikan kita harus membekali  diri dengan pengetahuan tentang obat dan penggunaannya dalam terapi (farmakoterapi). Sedangkan bagaimana materi tersebut dikomunikasikan, kita harus mempertimbangkan latar belakang pendidikan, sosial budaya dan hambatan lain yang mungkin dapat mengganggu komunikasi yang efektif. Wawancara juga harus dilakukan pada waktu yang tepat, di saat pasien/keluarga mempunyai waktu yang cukup, tidak terburu-buru dan mereka merasa siap untuk diwawancarai.



Tahapan dalam melakukan penelusuran  riwayat pengunaan obat yang sistimatis adalah :
Memperkenalkan diri kita
Menanyakan kepada pasien/keluarga panggilan apa yang lebih disukai, hal ini dapat membuat pasien merasa dihargai dan dapat mencairkan suasana menjadilebih bersahabat.
Menjelaskan pada pasien/keluarga maksud dan tujuan wawancara.
Menyepakati hal-hal apa yang akan dibahas selama wawancara. Dengan cara ini baik kita maupun pasien/keluarga mengetahui ruang lingkup wawancara dan menjadiacuan untuk kembali jika isi wawancara sudah bergeser ke topik yang tidak perlu dibahas. Tahap 1-4 merupakan tahap pendahuluan sebelum dilakukan wawancara terutama dalam penelusuran riwayat penggunaan obat pasien.
Menanyakan tentang data tentang(alamat, nomor telepon, umur, dll).
Menanyakan obat-obat yang pernah digunakan baik berupa obat resep dokter maupun obat tanpa resep, obat herbal/jamu dan suplemen.
Perlu ditanyakan mengenai:
nama obat (nama generik, nama dagang),
dosis/aturan pakai,
berapa lama obat digunakan(dengan jadwal teratur, kadang-kadang, jika timbul gejala aja, dll).
Seringkali pasien/kelurganya tidak mengetahui atau lupa nama obat yang pernah dan sedang digunakannya, sehingga ada baiknya meminta mereka membawa serta obat-obat yang masih tersisa dan memperlihatkannya kepada kita.
Ada 3 pertanyaan utama yang perlu ditanyakan kepad pasien/keluarga tentang obat yang digunakan:
1. Apa yang diketahui oleh pasien/keluarga tentang khaisat obat yang digunakan,
2. Apa yang diketahui pasien/keluarga tentang aturan pakai obat yang digunakan dan
3.  Apa yang diketahui pasie/keluarga tentang efek yang diharapkan dari obat yang digunakan. Kesulitan yang mungkin timbul adalah kadang pasien tidak dapat mengungkapkan dengan jelas apa yang dirasakannya.
Pasien perlu dipandu dalam mengukapkan apa yang dirasakan/dialami selama menggunakan obat,
Pertanyaan bisa berdasarkan sistem organ seperti sistim sirkulisi, saraf pernafasan, pencernaan, tulang dan otot, dll,
contoh:pada pasien yang mendapatkan kodein untuk menghilangkan nyeri, perlu dinyatakan apakah mengalami kesulitan untuk buang air besar.

Menanyakan riwayat alergi atau reaksi obat yang tidak diharafkan(adverse drug rection), jika pasien ppempunyai riwayat ini, maka perlu ditelusuri nama obat(nama generik, nama dagang), bentuk sediaannya, dosisnya, cara pemberiannya, kapan terjadinya, selang waktu antara obat digunakan dengan timbulnya reaksi yang tidak diharapkan, obat-obat lain yang digunakan bersamaan dengan obat yang dicurigai, gejal-gejala reaksi dan penangannan yang sudah dilakukan.
Mencatat informasi yang diberikan pasien/keluarga dalam suatu formulir, sebaiknya formulir dirancang sederhana namun bisa memuat informasi yang lengkap, sehingga dapat dijadikan dasar untuk mengindentifikasi ada tidaknya yang terkait dengan penggunaan obat.

PENGGUNAAN OBAT MASA KEHAMILAN & MENYUSUI

Penggunaan obat pada ibu hamil memerlukan pertimbangan lebih khusus karena resiko tidak hanya pada ibu saja, tetapi juga janian yang dikandungnya. Resiko yang paling dihawatirkan adalah timbulnya kecacadtan pada janin atau bayi yang lahir nantinya, baik berupa cacat fisik maupun cacat fungsional. Hal yang perlu dipertimbangkan adalah apakah manfaat dari penggunaan obat lebih besar dari pada resikonya, sehingga ibu dapat melahirkan bayi yang sehat dengan selamat.
Tidak ada obat yang secara mutlak dianggap aman untuk digunakan pada masa kehamilan, Efek teratogonik tidak hanya dalam bentuk kecacatan fisik saja(malformasi), tetapi juga pertumuhan yang terganggu, karsinogenesis, gangguan fungsional atau mutagenesis. Kecacatan janin akibat obat diperkirakan sekitar 3% dari seluruh kelahiran cacat. Resiko paling tinggi untuk menimbulkan efek teratogenik adalah penggunaan obat pada trimester pertama, lebih tepatnya minggu ke 3 sampai dengan ke 8 dimana sebagian besar organ utama dibentuk. Setelah minggu ke 8 jarang terjadianomali struktur karena organ utama sudah terbentuk pada pase ini. Pada trimester II dan III efek teratogenik lebih kepada kecacatan fungsional, contohnya penggunaan obat ACE inhibitor pada trimester II dan III akan menyebabkan hipotensi pada janin.
Obat yang diberikan pada wanita hamil umumnya dapat melalui plasenta. Transper obat melalui membran plasenta terjadisecara defusi pasif. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses tranfer ini adalah konsentrasi obat dalam darah ibu, aliran darah plasenta, sifat fisiokimia obat (berat melekol rendah, obat yang larut dalam lemak, non-polar dan tidak terioniasi akan lebih mudah melewati membran plasenta), hanya obat yang berada dalam bentuk bebas dari ikatan protein yang dapat melewati membran plasenta.
Penggolongan tingkat keamanan penggunaan obat pada wanita hamil berdasarkan FDA Amerika Serikat banyak dijadikan acuan dalam mempertinbangkan penggunaannya dalam praktek, yaitu:
Katagori A.  Penelitian tercontrol menunjukan tidak ada resiko, Penelitian tercontrol dan memadai pada wanita hamil tidak menunjukkan adanya resiko pada janin.
Katagori B.  Tidak ada bukti resiko pada manusia Penelitian pada hewan menunjukan adanya resiko tetapi penelitian pada manusia tidak, Atau peenelitian pada hewan menunjukan tidak ada resiko tetapi penelitian pada manusia belum memadai.
Katagori C.  Resiko tidak dapat dikesampingkan<Penalitian pada manusia tidak memadai, Penelitian pada hewan menunjukan resiko atau tidak memadai.
Katagori D.  Resiko pada janin terbuktii positif, baik melalui penelitian atau post-maeketing srudy.
Katagori X.  Kontraindikasi pada kehamilan, Penelitian pada hewan atau manusia, atau data post-marketing study menunjukan adanya resiko pada janin yang secara jelas lebih merugikan dibanding manfaatnya. .

PRINSIP PENGGUNAAN OBAT PADA MASA KEHAMILAN.
Sedapat mungkin hindari penggunaan obat terutama pada trimester pertana kehamilan. Upayakan terapi non farmakologik.
Obat hanya diberikan jika jelas diperlukan dengan mempertimbangkan manfaat dan resikonya.
Hindari obat baru karena datanya masih terbatas.
Pilih obat dengan propil keamanannya yang sudah diketahui.
Utamakan monoterapi.
Gunakan dengan dosis efektif yang terrendah, tetapi perlu jiga diingat bahwa perubahan fisiologis ibu selama kehamilan akan mengubah farmakokinetika obat, sehingga pada beberapa obat mungkin perlu meningkatkan dosis untuk mempertahankan kadar terapeutiknya.
Gunakan obat dengan durasi sesingkat mungkin.
Hindari obat yang bersipat teratogen pada wanita usia produktif.
Jika obat yang digunakandiduga kuat dapat menyebabkan kecacatan maka lakukan USG.

PENGGUNAAN OBAT HERBAL PADA MASA KEHAMILAN.

Penggunaan obat herbal semakin meningkat pesat dibanyak negara didunia. Dibanyak negara obat herbal peraturannya tidak seketat obat, sehingga pemantauan efek sampingnyapun tidak dilakukan sebagaimana mestinya. Tambahan pula tidak banyak lapoaran efek sampingnya yang dipublikasikan, akibatnya sulit untuk mendapatkan informasi mengenai efek samping obat herbal, khususnya pada pengguna pada masa kehamilan.
Kita mungkin menganggap obat herbal adalah produk alamiah sehingga bebas dari resiko efek samping, namun kenyataannya penggunaan obat herbal pada masa kehamilan tidak sepenuhnya bebas dari resiko baik terhadap ibu maupun janin. Meskipun hubungan sebab akibat dari laporan kasus yang dipublikasikan masih belum dapat dipastikan, sebaiknya kita waspada dan menganggap bahwa penggunaan obat herbal dikontraindikasikan selama kehamilan.

PEMAKAIAN OBAT UNTUK LANSIA
Seiring dengan keberhasilan pembangunan, khususnya bidang kesehatan, maka populasi penduduk Indonesia semakin banyak yang berumur panjang. Namun disisi lain umur panjang menurunkan fungsi organ sehingga menyebabkan semakin mudah mengalami atau menderita penyakit. Bantuan pengobatan makin dibutuhkan, umumnya obat merupakan pilihan utama dalam mengelola penyakit atau kesehatan penduduk berumur panjang (lansia). Banyak lansia yang harus memakai kombinasi obat-obatan.
Ilmu tentang penuaan (Geriatri) atau penyakit pada lansia (gerantologi)telah memberikan imformasi tentang perlunya perhatian khusus terhadap pemberian obat pada lansia. Apoteker diharapkan dapat memahami masalah dan kebutuhan mereka akan pelayanan kefarmasian dan medis.
Proses penuan pada umumnya dimulai pada umur 40 an yakni dengan adanya penurunan kondisi sel tubuh yang akan mempengaruhi fungsi organ, termasuk kemampuan sistem kesiimbangan tubuh dalam menghadapi penyakit atau tekanan seperti kelelahan. Sebagai contoh, flu pada lansia dapat lebih berbahaya daripada orang berusia muda.
Beberapa pengaruh penuan pada tubuh diuraikan dibawah ini :
Kulit menjadilebih tipis, kering, berkurangnya kadar lemak, berkerut, kurangnya fungsi pelindung dan bahkan kurangnya aliran darah kekulit.
Sistim pembuluh darah menurun seperti kurangnya aliran darah yang dipompa jantung, kurangnya elastisitas pembuluh darah dan menumpuknya zat-zat lemak pada bagian dalam arteri yang menyebabkan hipertensi.
Sistim pernapasan mengalami gangguan, misalnya:menempelnya kolagen diparu-paru yang menyebabkan kurangnya kemampuan untuk mengembang. berkurangnya aliaran darah ke paru-paru menyebabkan pernapasan berkurang efisein dan oksigen yang dialirkan ke tubuh menjadikurang. Hal ini menyebabkan frekuensi bernafas lebih cepat dari normal 16-20 kali per menit.
Sistim saraf mengalami penurunnan daya ingat dan kemampuan mengambil keputusan karena sel otak yang mati dan atau berkurangnya aliran darah ke otak. Bingun dan perubahan personalitas dapat terjadikarena kekurangan olsigen yang dibawa darah ke otak.
Sistim sensor/indra umumnya kurang kuat dan kurang jelas. mata kadang-kadang tidak tahan cahaya matahari langsung, telinga kurang mendengar, atau butuh suara lebih keras dan ingra perasa dan pembau juga kurang berpungsi dengan baik. Jika ini terjadimaka lansia akan bingung apa lagi kalau dalam lingkungan atau orang-orang yang tidak membantu.
Sistim pencernaan mengurangi penurunan gerakan dan sekresi asam lambung yang akan menyebabkan makanan sukar dicerna:sukar menguyah atau tidak nyaman karena gigi yang hilang/berkurang absorpsi yang berkurang sehingga kekurangan nutrisi.
Sistim pembuangan air seni yang menurun, seperti terjadinya penumpuan sisa-sisa metabolisme tubuh yang seharusnya dibuang yang disebabkan karena melambatnya fungsi penyaringan ginjal dan melambatnya aliran darah yang masuk keginjal.
Sistim hormon mengalami gangguan sekresi sehingga metabolisme sel tubuh tidak dapat diatur dengan baik dan tubuh tidak dapat bereaksi cepat terhadap tekanan dari luar. Misalnya banyak lansia yang mengalami diabet.
Sistem reproduksi mengalami pengurangan hormon seks, yang menyebabkan perubahan fisik, misalnya wanita berumur diatas 48 tahun tidak akan mentruasi, namun dalam hal kebahagian dalam aktifitas seksual lansia tidak begitu terganggu karena tidak hanya hormon sek tapi juga karena pengaruh sikap dan emosi.
Sistem otot mengalami penurunan kekuatan dan kelenturan, disamping itu juga mengalami peningkatan jumlah lemak yang menggantikan otot, tulang menjadi lebih ringan dan porositas tinggi, sehingga mudah patah dan lama tumbuh. Sendidan otot disekitarnya menjadirusak.
Karena pengaruh sepuluh hal diatas, maka jika lansia memakai obat, umumnya akan terjadi;pelambatan absorpsi, distribusi yang tidak dapat diprediksi, dan pelambatan biotranpormasi dan ekskrsi/eliminasi.
Disamping itu karena pada waktu bersamaan lansia mengalami beberapa gejala dan tau penyakit, maka umumnya diperlukan banyak obat, baik karena satu dokter memberikan banyak obat maupun lansia yang dirawat oleh beberapa dokter bahkan juga memakai obat bebas.
Keadaan ini kemungkinan besar akan menimbulkan interaksi antar obat dan juga makanan/minuman.
Aspek sosial dan psiologis lansia merupakan hal lain yang penting diperhatikan. Banyak keluarga yang menganggap adanya lansia menjadimasalah dirumah tangga. Hal ini terbukti dengan banyaknya lansia yang dikirim kepanti jompo atau disediakan pelayan/perawat khusus.
Seorang lansia tetap memerlukan kehidupan sosial seperti berteman, kontak dengan anak dan cucu dll. Namun karena kondisi serba berkurang, lansia kadang dianggap beban bagi orang lain, bisa saja Apoteker, dokter dan tetangga kesehatan lain enggan melayani lansia karena mungkin lansia kurang menanggapi atau patuh minum obat, sehingga mungkin hasil pengobatan tidak tampak atau lambat.
Dengan penambahan geriatrik dan gerantologi termasuk memahami aspek sosial dan psiologis lansia, maka kepedulian dan kesediaanaan melayani lansia dengan baik akan terwujud.
Hal ini sangat penting pada saat pemberiaan obat terutama agar lansia ikut serta bertanggung jawab dan ber partisipasi aktif(concordance)dalam pengobatan, misalnya kapan dan bagaimana cara memakai obat. Apoteker dan pendamping dirumah tangga dapat menjadiorang penting dalam mendukung, membantu, mengawasi dan bahkan menjaga kondisi psiologis lansia.
Oleh sebab itu perlu diperhatikan khusus terhadap hal yang diatas, dengan pengertian apoteker atau tenaga kesehatan lain penting sekali memahami keadaan lansia dengan permasalahannya disuatu sisi dan interaksi, efek samping, kontra indikasi dll dari obat yang diberikan.

CARA PEMBERIAN OBAT PADA LANSIA

Ketika dokter telah memilihkan obat bagi lansia dengan jenis dan dosis yang paling tepat, tugas selanjutnya adalah pemberian obat oleh apoteker.
Apoteker hendaknya menjadisumber informasi yang baik, hangat dan pengetahuannya yang cukup dalam melayani pasien lansia.
Saran berikut ini diharapkan mencapai terapi yang optimal melalui pemakaian obat yang tepat.
Hal pertama adalah memastikan data/informasi tentang pasien do kondisinya. Kekurangan oksigen keotak, efek samping obat, dan beberapa penyakit dapat menyebabkan lansia kurang mengenal dirinya atau setidak-tidaknya kondisi fisik sosial dan kondisi psiologisnya. Jadidapat saja terjadijika ditanya atau dipanggil lansia tidak menjawab.
Jelaskan apa yang akan anda lakukan/sampaikan untuk melayani lansia agar yang bersangkutan paham dan mau bekerjasama dalam pemakaian obat. Kadang-kadang lansia takut memakai obat mungkin karena tidak paham. Penjelasan yang ramah dan kesabaran untuk mendengarkan akan membantu pengobatan.
Jelaskan tentang oabat yang akan dipakai, mungkin saja lansia karena pengalamannya, pernah mengalami ketidaknyamanan dalam memakai obat. Jadiperlu ditanyakan atau dijelaskan untuk tidak perlu khawatir dan sampaikan manfaat yang akan dirasakan sambil menjelaskan dengan hati-hati kemungkinan efek samping yang akan terjadidan cara menghadapi atau mengatasinya.
Karena biasanya jenis obat yang dipakai banyak dan kemungkinan ada penolakan/ketidak patuhan lansia, maka jelaskan obat yang paling penting mana yang harus dipakai. Minta keluarga atau siapapun yang bisa jadipengawas pemakai obat(PMO) untuk membantu dan mengawasi pemakaian obat.
Jika lansia sukai memakai obat dapat dibantu dengan minum obat bersama makanan dan atau minuman yang sesuai. Hati-hati terhadap obat yang tidak tahan terhadap asam, jangan diberikan dengan jus buah;atau obat-obtan yang tidak tahan basa jangan diminum dengan susu.
Jelakan bila perlu berikan catatan jika pasien bingung mungkin disebabkan kodisi fisik/psiologis atau karena efeek samping obat.
Jika pasien lansia mengalami kekurangan pendengaran dan atau penglihatan, anda perlu menyusuaikan diri, misal bicara dengan mengatur tinggi dan rendah intonasi dan artikulasi suara pada saat memberikan penjelasan atau intruksi serta memberikan waktu untuk menjawab. Jika perlu buat tulisan yang jelas dengan huruf besar.
Perhatikan interaksi baik sesama obat atau makanan/minuman, termasuk kemungkinan  penyalahgunaan obat bebas, herbal atau alat tradisional.
Jika oabt memerlukan waktu panjang(obat-obat penyakit degeneratif seperti antihipertensi dan antidiabet) atau harus dalam aturan dosis/kuur yang tepat(antibiotik)
Perlu penjelasan tentang penyimpanan obat dengan baik dan menjaganya untuk tidak salah memakai dan menyimpan obat.
Jika ada obat yang diberi cara penggunaan ”bila perlu”maka perlu penjelasan mengapa dan apa tujuan penggunaan ”bila perlu”, misalnya analgetik tidak lagi dipakai jika rasa sakit sudah menghilang.

DOSIS BAYI DAN ANAK

Memilih dan menetapkan dosis bayi dan anak memang tidaklah mudah, Banyak faktor yang harus diperhatikan. Diantaranya adalah keadaan pasien, kasus sakit, jenis obat toleransi dan lainnya. Respon tubuh bayi dan anak terhadap obat tentulah tidak sama dengan respon orang dewasa. Berbagai mekanisme metabolik yang terdapat pada bayi, terutama bayi permatur dan bayi baru lahir memang belum dikembangkan dengan sempurna. Hal ini juga menyebabkan biotranfornasi terhadap obat menjaditerganggu, sehingga obat dapat berakumulasi ke arah konsentrasi letalnya dalam darah, keadaanini jarang terjadipada orang dewasa. Respon tubuh bayi terhadap obat dalam usia beberapa minggu yang pertama dalam kehidupannya akan jauh berbeda dibandingkan respon tubuh anak yang berumur 1 tahun. Begitu pula respon anak berumur 1 tahun akan berbeda dengan orang dewasa.
Ada kalanya dosis obat dinyatakan dalam mg/kg BB. Penyataan dosis seperti ini sebetulnya lebih baik, karena dosis akan berlaku untuk semua pasien, mulai bayi, anak hingga orang dewasa.
Namun pada kenyataannya, dosis obat yang tercantum umumnya hanya untuk orang dewasa, jika dikehendaki dosis bayi dan anak dihitung berdasarkan usia, bobot badan atau luas permukaan badan. Saat ini perhitungan dosis bayi dan anak berdasarkan usia orang dewasa suadah jarang dilakukan. Yang saat ini banyak dipakai adalah perhitungan dosis anak terhadap orang dewasa berdasarkan pada luas permukaan badan sebenarnya, perhitungan inilah yang dianggap paling baik pada saat ini karena perhitungan luas permukaan telah memnperhitungkan bobot badan dan tinggi tubuh.
PETUNJUK UMUM PEMBERIAN OBAT UNTUK KULIT

Pemberian obat untuk kulit,tidak hanya memerlukan perhatian tentang obat dan penyakit kulitnya saja,tetapi memerlukan dukungan psiologis,pertimbangan terhadap kondisi pasien,persiapan kulit/bagian yang akan di obati,pemakaian obat,pemakaian kasa,plester dan yang sejenisnya.
Hal-hal yang perlu di perhatikan ;
Dukungan Psikologis
Seseorang dengan kondisi kulit seperti gatal atau sakit biasanya mengalami stres,mungkin kurang tidur karena tidak nyaman dan depresi.Pasien dengan gejala psoriasi/penyakit kulit yang tida jelas sehubungan yang berlangsung lama dengan gela berwarna merah,adanya luka dengan lingkaran yang kering,memerlukan konsul bahwa mereka perlu belajar hiidup dengan penyakit tsb dengan menerima dan bersabar dengan kondisi tersebut.
Pertimbangan Terhadap kondisi pasien
Jika ada rasa sakit bisa saja di berikan analgesik sebelum memberikan obat kulit.Jelaskan apa yang harus dilakukan dan di perhatikan,misal ada obat kulit yang akan menimbulkan sensasi yang tidak biasa pada kulit seperti rasa panas atau terbakar.Jelaskan bagai mana posisi tubuh yang nyaman ketika memakai obat sehingga mudah untuk memakai obat.Jelaskan untuk menjaga agar jangan sampai obat mengenai pakaian atau tempat duduk/tidur.
Persiapan Kulit/Bagian yang akan di obati
Jika terdapat luka kemungkinan akan ada cairan atau bagian kulit yang terkelupas atau sisa obat sebelumnya.Jelaskan bahwa hal ini perlu di bersihkan terlebih dahulu sebelum memakai obat.Cara pencucian dengan air steril/bersih,bila perlu gunakan air hidrogen peroksida.Sedangkan kalau ada kasa yang di pakai sebelumnya dapat di buang dengan menggunakan pinset.Jelaskan bahwa pemakaian obat hanya pada bagian yang sakit,jika obatnya menyebabkan iritasi atau merusak kulitsehat,maka kulit yang sehat harus dilindungi,misalnya dengan lapisan paslin.
Pemakaian obat
Pada saat obat akan di berikan kepada pasien atau keluarganya maka perlu di berikan penjelasan tentang cara memakai obat yang tepat.Penjelasan yang perlu di berikan adalah agar memakai obat secara langsung.Cream atau linimen digosokan katangan terlebih dahulu:lasio dipakaikan dengan kapas:salap dengan aspatel kayu atau kapas untuk korek telinga (catton bud). Jelaskan pula jika ada luka terbuka atau infeksi gunakan sarun tangan steril.Gunakan obat dengan sentuhan ringan agar tidak ada rasa gatal.Pada saat membuka kemasan/wadah obat,letakan tutup wadah dalm posisi terbalik di tempat aman dan bersih.Pakai alat atau kapas bersih/steril untuk menampung obat dari tube/botol/beberapa obat kadang-kadang dipakai ketika mandi,seperti antiseptik dan sampo.Jika ada kebutuhan”gunakan seperlunya”perhatikan bahwa ini hanya obat yang tidak berbahaya jika dosis berlebih.Pemakaian ulang diberikan jika lapisan tipis sudah robek atau terlepas atau jika oabat telah diabsorpsi kedalam kulit.
Pemakaian Kasa,plester dan yang sejenis.
Plester dan bahan penutup lain seperti kasa hanya di pakaii  jika diminta dokter atau keperluan khusus.Hal ini di pertimbangkan karena plester atau kasa  dapat mengganggu penguapan dan penyerapan obat atau bahkan dapat mengiritsi kulit walaupun disisi lain dapat menjaga luka tidak terkena pakaian atau gesekan benda lain.Luka terifeksi terkadang mengeluarkan cairan seperti nanah,oleh sebab itu plester/kasa yang digunakan harus sering di ganti.Pada saat penggantian atau membuka plester atau kasa harus di lakukan hati-hati.Jika ada benang kasa yang menempel dan lengkep pada bagian luka,sebaiknya dilunakan terlebih dahulu dengan air steril.Membuang plester/kasa hendaknya dengan pinset.
Tindak lanjut
Setiap mempersiapkan penggunaan obat-obat topikal untuk kulit,perlu di buat catatan di kartu/buku catatan Pengobatan pasien (patient Medication Recod).Hal yang perlu dicatat antara lain kondisi/penampilan kulit yang sakit,jika di rumah sakit jika perlu perlu di foto.Misalnya jika nanti tidak ada perubahan/perbaikan berarti obatnya tidak bekerja atau jika ada tanda-tanda iritasi seperti kemerahan dan gatal,mungkin obatnya tidak cocok atau dosis terlalu besar.Jika kondisi penyakit membutuhkan pengobatan jangka panjang perlu di jelaskan agar pasien ikut bertanggung jawab dan memperhatikan cara pengobatan,pengembangan kondisi penyakit dan hal-hal yang perlu diperhatikan seperti tindakkan perubahan,adanya tanda-tanda iritasi seperti merah,gatal dan lain sebagainya.Bila seperti itu pasien di minta untuk memberitahukan apoteker atau dokter yang merawat.

TAHAPAN UMUM YANG DI ANJURKAN UNTUK PASIEN YANG MEMAKAI OBAT KULIT
Siapkan alat,obat dan bila perlu pereban/kasa/plester
Baca cara pakai yang tertera pada etiket yang diberikan apotek atau jika tidak ada baca brosur yang ada.
Cuci tangan dengan bersih
Atur posisi tubuh,tangan atau kaki yang memerlukan obat agar nyaman dan mudah memakai obat.
Bersihkan luka pada kulit yang akan di obati dengan air steril dan bila perlu dengan larutan H2O2 dan gunakan pinset untuk melepas kulit mati atau bagian luka mengeras.